Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih, merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga (Bung Tomo)

Kutipan Bung Tomo diatas mengingatkan kita pada pertempuran 10 November di Surabaya, yang mengubah nasib bangsa ini. Bung Tomo dengan suaranya yang menggema, membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan tentara Sekutu.

Seruan itu bukan sekadar kata-kata; ia adalah dorongan yang menggugah jiwa—*merdeka atau mati*. Kini, 69 tahun setelahnya (berdasarjan Penetapan tahun 1959 melalui Kepres nomor 1959 di tandatangani oleh Bung Karno), semangat itu masih membara, tapi dalam bentuk yang berbeda: sebuah pilihan, sebuah keberanian dalam memilih, dalam demokrasi.

Baca Juga:Politik Toksik

Di tengah pergulatan menuju Pilkada Halmahera Selatan 2024, kita dihadapkan pada pilihan yang tidak jauh berbeda. Seperti halnya rakyat Surabaya yang memilih untuk melawan penjajahan, masyarakat Halmahera Selatan juga memilih untuk melawan apati politik, melawan kebohongan yang tersembunyi di balik janji manis.

Apakah kita akan menyerah pada kekuatan manipulasi politik yang hanya berfokus pada kepentingan sesaat? Ataukah kita akan berdiri teguh, memilih pemimpin yang mengedepankan kebenaran, yang mendengarkan suara hati rakyat, bukan sekadar mengejar kekuasaan?

Dalam pilkada, seperti dalam pertempuran, kita tidak hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi untuk masa depan. Seorang pemimpin bukanlah orang yang hanya pandai berkata-kata, tetapi mereka yang mampu memimpin dengan integritas, dengan pengorbanan.

Keberanian memilih dengan jujur, dengan penuh tanggung jawab, adalah bentuk baru dari perjuangan itu—sebuah perlawanan terhadap politik uang, terhadap manipulasi yang mempermainkan kepercayaan rakyat.

Mungkin, jika kita melihat lebih dalam, semangat Bung Tomo bukanlah semata-mata soal pertarungan fisik. Ada sesuatu yang lebih mendalam, sebuah panggilan untuk memperjuangkan sesuatu yang lebih besar dari diri kita: kebebasan, keadilan, dan martabat.

Di hari Pahlawan ini, kita tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi juga diingatkan untuk berani melangkah ke depan. Sama seperti halnya pada masa perjuangan kemerdekaan, di pilkada ini kita dituntut untuk mengambil api perjuangan, dan membuang segala abu kebohongan yang dapat merusak demokrasi.

Baca Juga:Momole

Pilkada Halmahera Selatan 2024 bukanlah sekadar momen untuk memilih pemimpin, tetapi juga ujian bagi kita sebagai masyarakat. Pilihan yang kita buat adalah cermin dari sejauh mana kita menghargai semangat perjuangan yang diwariskan oleh para pahlawan.

Di sini, kita tidak hanya memilih pemimpin, tetapi turut membangun sebuah sejarah baru. Sebuah sejarah di mana kebenaran dan keadilan tetap menjadi kompas bagi perjalanan Halmahera Selatan kedepan. ***

Baca Juga:Politik Toksik

Oleh: Maulana MPM Djamal Syah, Ketua Persatuan Alumni GMNI Halmahera Selatan