Okebaik- Prodi Magister Ilmu Kelautan Pascasarjana Universitas Khairu  (Unkhair) Ternate, menggelar program Pengabdian Masyarakat (PKM) di Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan, Sabtu (10/05/2025).

Kegiatan yang bertajuk “Membangun Kepedulian Lingkungan Ekosistem Biru Masyarakat Pulau Maitara” itu, difokuskan pada penyadaran masyarakat pesisir akan pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya laut sebagai respons nyata terhadap ancaman perubahan iklim.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber ahli, terdiri dari Ir. Ichsan Felayati Sosal Staf Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara, Dr. Abdul Motalib Angkotasan akademisi FPIK Universitas Khairun, dan Fasial Ratuela Direktur WALHI Maluku Utara.

Staf Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara, Ichsan Felayati Sosal dalam paparan materinya mengatakan, perubahan iklim tidak lagi menjadi ancaman masa depan, melainkan telah dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir hari ini.

Untuk itu, perlu strategi adaptasi berbasis lokal, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam aksi nyata seperti rehabilitasi mangrove, pengelolaan sampah terpadu, dan efisiensi energi di tingkat rumah tangga.

Sementara akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Dr. Abdul Motalib Angkotasan menyoroti kesadaran terhadap perubahan iklim harus dibarengi dengan literasi lingkungan yang kuat.

“Masyarakat pesisir perlu didorong untuk memahami keterkaitan antara kelestarian ekosistem biru dan ketahanan ekonomi rumah tangga. Pendidikan lingkungan menjadi kunci transformasi perilaku masyarakat menuju pola hidup ramah iklim,” ujarnya.

Direktur WALHI Maluku Utara, Faisal Ratuela menekankan keberadaan ekosistem biru seperti mangrove, lamun, dan terumbu karang bukan hanya pelindung pantai alami, tetapi juga penyerap emisi karbon yang sangat efektif.

“Menjaga ekosistem ini berarti menjaga masa depan pangan laut kita. Sudah saatnya masyarakat menjadi garda terdepan pelestarian ekosistem biru dengan dukungan regulasi yang berpihak pada lingkungan,” jelasnya.

Sementara itu, Koordinator PKM, Dr. Irmalita Tahir menegaskan, masyarakat pesisir memegang peran strategis sebagai penjaga garis depan ekosistem laut. Rendahnya pemahaman terhadap fungsi mangrove, padang lamun, dan terumbu karang mendorong dilaksanakannya kegiatan ini.

“Tujuan utama diarahkan pada peningkatan kesadaran serta pengetahuan masyarakat dalam menjaga laut secara mandiri dan berkelanjutan,” ucapnya.

Lanjut Irmalita, ada tiga poin strategis menjadi sorotan utama kegiatan. Pertama, penyadaran dampak perubahan iklim serta strategi adaptif berbasis lokal. Kedua, edukasi fungsi ekosistem biru sebagai tameng alami terhadap bencana pesisir serta sumber utama keberlanjutan perikanan. Ketiga, penguatan kolaborasi antar pemangku kepentingan menuju perlindungan lingkungan terpadu dan kesiapan menghadapi implementasi perdagangan karbon.

Menurutnya, pengabdian ini menjadi bagian dari tanggung jawab akademik untuk menjawab tantangan perubahan iklim yang berdampak langsung terhadap masyarakat pesisir. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang edukasi, tetapi juga ajang membangun kesadaran kolektif serta memperkuat jejaring kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat lokal.

“Kami berharap kegiatan ini mampu membekali masyarakat Pulau Maitara dengan pengetahuan serta keterampilan praktis untuk menjaga ekosistem laut secara mandiri dan berkelanjutan. Ekosistem biru harus dipahami sebagai aset vital, bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga keberlanjutan. Ekosistem biru harus dipahami sebagai aset vital, bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga keberlanjutan ekonomi dan sosial masyarakat pesisir,” tutup Irmalita. ***