Namanya Langit, Meski dia sangat menyukai laut.
Pada sore yang sepi, aku selalu menunggu kepulangannya,
seperti anak kecil yang dijanjikan mainan baru,
aku tetap berdiri di ujung dermaga sambil menebak dengan penglihatanku yang terbatas; itukah perahu sampan miliknya?
Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana bahagiannya ketika dari jarak pandang tertentu aku sudah mengenali dirinya.
Namanya Langit, dan dia senang melaut.
selain menyiapkan bekal yang sederhana dan sepotong Do’a yang tiada putusnya,
aku juga menyelipkan sajak – sajak yang aku tulis dengan khusyuk, meski mungkin tidak sempat membacanya, dia mewajibkan itu. Katanya; Kau ada disini.
Namanya Langit, dan pada dadanya kulabuhkan segala musim.
Ternate, 2019 03 20
Queenissa Autmn
Tinggalkan Balasan