Subuh tadi gerimis turun dengan begitu sunyi. Aku kembali mempelajari bahasa pergi dari matamu yang kerap menghantarkan kita pada setapak di ujung sana.

Pada Januari, aku sudah memutuskan menjadikan mu tiada, meski ketiadaanmu sedikit memberi luka.

Perihal pergimu, aku telah berdamai dengan batas mampuku, meski mengumpulkan iya untuk melihat punggungmu membelakangiku kala itu menjadi satu satunya hal paling menyakitkan.

Baca Juga:Maaf

Aku telah berikrar bahwasannya seberapa dalam pun kau membuat jejak luka disini, aku tetap akan mendo’akan kebaikanmu sebagai orang yang pernah membuat aku bermimpi begitu tinggi, mengenalmu tak menyisahkan sedikitpun sesalku, Allah penjamin rasaku.

Perihal rindu, aku tidak dapat menafikan itu. Rindu adalah satu satunya hal paling aku benci setelah pergimu. Kelak kau harus menggantikan waktu tidurku yang tak pernah aku gunakan setelah pergimu.

Rindu datang menghantamku seperti penyakit kulit yang menggerogoti setiap inci tubuhku, aku pernah menangis sejadi- jadinya, teriak sekeras – kerasnya. Aku menyumpahimu, kenapa tak kau bawa rindu ini sekalian saat pergi di Desember kemarin.

Baca Juga:Pulang

Ternate, 2019 11 01         Queenissa Autmn

Oke Baik
Editor